Kebiadaban Densus 88 yang membedah korban kebiadabanya dan di sinyalir mengambil organ tertentu dari As Syahid
Jurnalis Independen: Setelah lebih dari 3 minggu jenazah Eri Riyanto alias Ahmad Kholil alias Abu Kholid, korban penembakan Densus 88 di teras Masjid Nur Al-Afiah, RS. Wahidin Sudirohusodo, di “obok-obok organ” tubuhnya, dipulangkan ke kampung halamannya di Ciamis untuk dimakamkan pada Rabu (30/1/2013).
Kebencian kelicikan kepengecutan densus 88 terhadap mujahidin sangat kentara sampai membedah dan besar kemungkinan mengambil beberapa organ dari seorang mujahid yang telah meninggal, sebegitu pengecutkah kalian hai detachment yesus.....? apakah kalian mencontoh pasukan salib yang pada tahun 1098 di Maraat an-numan, Syria telah memakan kaum muslimin yang telah kalian bantai....?
Abdullah, yang turut mengurus kepulangan jenazah Ahmad Kholil menyampaikan bahwa jenazah baru bisa dikembalikan kepada pihak keluarga setelah melalui perjuangan panjang.
Istri dan anak-anak almarhum Ahmad Kholil pun harus tinggal di Jakarta berhari-hari demi mengurus pemulangan jenazah.
Akhirnya keputusan bahwa jenazah bisa dipulangkan dan dimakamkan pihak keluarga diterima. Hingga pada Selasa (29/1/2013), jenazah Ahmad Kholil keluar RS. Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur dan diberangkatkan menuju rumah orang tua almarhum di Dusun Pangolahan RT. 10 RW. 05 Desa Karangmulya, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat
“Jenazah dimandikan dan mulai diberangkatkan dari RS. Polri Kramat Jati ba’da maghrib lalu tiba di Ciamis sekitar pukul 01.00 WIB dini hari. Karena waktu sudah malam, keluarga sepakat memakamkannya besok pagi sekitar pukur 08.00 WIB dan selesai pukul 09.30 WIB,” kata Abdullah kepada voa-islam.com, Kamis (31/1/2013).
Abdullah yang mengiringi jenazah hingga ke rumah orang tua almarhum Ahmad Kholil menuturkan bahwa pihak keluarga amat tabah dan bangga menerima kedatangan jenazah.
“Keluarga sangat tabah, meskipun tentunya mereka bersedih. Dari mulai ibunya, istri dan keluarga lainnya, bahkan mereka bangga,” ungkapnya.
Sementara, masyarakat Desa Karangmulya sendiri justru menyambutnya dengan baik, hal ini jelas membantah prasangka kepolisian selama ini yang mengkhawatirkan adanya penolakan terhadap pemakaman almarhum Ahmad Kholil.
“Sambutan dari masyarakat luar biasa, kampung yang awalnya sepi itu menjadi ramai dengan gemuruh takbir dari mulai diberangkatkan dari rumah hingga dimakamkan. Jadi kenyataan ini membantah sama sekali adanya isu penolakan yang dikhawatairkan pihak kepolisian,” ucapnya.
Abdullah yang sempat menyaksikan dan mengabadikan jenazah korban juga menyampaikan kondisi jenazah almarhum Ahmad Kholil, dimana banyak ditemukan lubang bekas luka tembak yang menyebabkannya wafat.
“Jenazah terdapat bekas jahitan dari leher hingga ke pusar. Lalu yang kelihatan ada 2 lubang bekas luka tembak dari arah kiri bagian pinggang tembus agak serong ke atas pinggang sebelah kanan. 1 lubang di punggung kanan dekat belikat. 1 lubang di betis kanan. Itu saja yang saya ingat,” tuturnya.
Selain itu, ia bersama kaum muslimin yang menyertai pemakaman Ahmad Kholil, menyaksikan tanda-tanda syahid (insya Allah) pada jenazah. Sekaligus, ia juga membantah mereka yang meragukan tanda-tanda syahid tersebut.
“Jelas sekali bahwa jenazah berkeringat. Ada diantara orang-orang yang menyangsikan bahwa itu bekas pendingin. Namun, faktanya jenazah itu sudah terlebih dahulu dimandikan dan diguyur air. Lalu dari sejak dimandikan dibawa ke kampung halaman dari Jakarta ke Ciamis kan lebih dari dari empat jam dan baru dikuburkan besok pagi,” jelasnya.
Untuk diketahui, Ahmad Kholil ditembak Densus 88 di teras masjid Nur Al-Afiah RS. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulsel, sekitar pukul 10.00 WIB menjelang shalat Jum’at (4/1/2013).
Menurut kesaksian Endang, istri korban suaminya pergi ke rumah sakit hendak menjenguk temannya yang sakit sekitar pukul 08.30 WIB.
Endang juga membantah pernyataan kepolisian bahwa suaminya membawa senjata api dan melakukan perlawanan. Sebab menurut Endang, tidak mungkin suaminya membawa senjata api sebab ia hanya ingin membesuk temannya yang sakit dan saat itu hanya membawa kue untuk dagangan sehari-hari. Selain itu Ahmad Kholil juga tinggal menetap dan tak pernah pergi ke Poso untuk mengikuti pelatihan militer.
Kepergian Ahmad Kholil yang begitu tragis diberondong tembakan oleh Densus 88, membuat sang istri terpukul, sebab Kholil adalah kepala keluarga, apalagi sang istri kini tengah mengandung anak kelima. Almarhum Ahmad Kholil meninggalkan seorang istri dan empat orang anak; Kholid, Ayash, Najwa dan Faruq yang kini menjadi yatim. Namun demikian, Endang tetap tegar, sebab keinginan dan cita-cita sang suami untuk syahid di jalan Allah akhirnya terwujud.@ med/voa
Kebencian kelicikan kepengecutan densus 88 terhadap mujahidin sangat kentara sampai membedah dan besar kemungkinan mengambil beberapa organ dari seorang mujahid yang telah meninggal, sebegitu pengecutkah kalian hai detachment yesus.....? apakah kalian mencontoh pasukan salib yang pada tahun 1098 di Maraat an-numan, Syria telah memakan kaum muslimin yang telah kalian bantai....?
Abdullah, yang turut mengurus kepulangan jenazah Ahmad Kholil menyampaikan bahwa jenazah baru bisa dikembalikan kepada pihak keluarga setelah melalui perjuangan panjang.
Istri dan anak-anak almarhum Ahmad Kholil pun harus tinggal di Jakarta berhari-hari demi mengurus pemulangan jenazah.
Akhirnya keputusan bahwa jenazah bisa dipulangkan dan dimakamkan pihak keluarga diterima. Hingga pada Selasa (29/1/2013), jenazah Ahmad Kholil keluar RS. Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur dan diberangkatkan menuju rumah orang tua almarhum di Dusun Pangolahan RT. 10 RW. 05 Desa Karangmulya, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat
“Jenazah dimandikan dan mulai diberangkatkan dari RS. Polri Kramat Jati ba’da maghrib lalu tiba di Ciamis sekitar pukul 01.00 WIB dini hari. Karena waktu sudah malam, keluarga sepakat memakamkannya besok pagi sekitar pukur 08.00 WIB dan selesai pukul 09.30 WIB,” kata Abdullah kepada voa-islam.com, Kamis (31/1/2013).
Abdullah yang mengiringi jenazah hingga ke rumah orang tua almarhum Ahmad Kholil menuturkan bahwa pihak keluarga amat tabah dan bangga menerima kedatangan jenazah.
“Keluarga sangat tabah, meskipun tentunya mereka bersedih. Dari mulai ibunya, istri dan keluarga lainnya, bahkan mereka bangga,” ungkapnya.
Sementara, masyarakat Desa Karangmulya sendiri justru menyambutnya dengan baik, hal ini jelas membantah prasangka kepolisian selama ini yang mengkhawatirkan adanya penolakan terhadap pemakaman almarhum Ahmad Kholil.
“Sambutan dari masyarakat luar biasa, kampung yang awalnya sepi itu menjadi ramai dengan gemuruh takbir dari mulai diberangkatkan dari rumah hingga dimakamkan. Jadi kenyataan ini membantah sama sekali adanya isu penolakan yang dikhawatairkan pihak kepolisian,” ucapnya.
Abdullah yang sempat menyaksikan dan mengabadikan jenazah korban juga menyampaikan kondisi jenazah almarhum Ahmad Kholil, dimana banyak ditemukan lubang bekas luka tembak yang menyebabkannya wafat.
“Jenazah terdapat bekas jahitan dari leher hingga ke pusar. Lalu yang kelihatan ada 2 lubang bekas luka tembak dari arah kiri bagian pinggang tembus agak serong ke atas pinggang sebelah kanan. 1 lubang di punggung kanan dekat belikat. 1 lubang di betis kanan. Itu saja yang saya ingat,” tuturnya.
Korban Kebiadaban Densus yang lain |
“Jelas sekali bahwa jenazah berkeringat. Ada diantara orang-orang yang menyangsikan bahwa itu bekas pendingin. Namun, faktanya jenazah itu sudah terlebih dahulu dimandikan dan diguyur air. Lalu dari sejak dimandikan dibawa ke kampung halaman dari Jakarta ke Ciamis kan lebih dari dari empat jam dan baru dikuburkan besok pagi,” jelasnya.
Untuk diketahui, Ahmad Kholil ditembak Densus 88 di teras masjid Nur Al-Afiah RS. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulsel, sekitar pukul 10.00 WIB menjelang shalat Jum’at (4/1/2013).
Menurut kesaksian Endang, istri korban suaminya pergi ke rumah sakit hendak menjenguk temannya yang sakit sekitar pukul 08.30 WIB.
Korban Kelicikan densus yang lainya |
Kepergian Ahmad Kholil yang begitu tragis diberondong tembakan oleh Densus 88, membuat sang istri terpukul, sebab Kholil adalah kepala keluarga, apalagi sang istri kini tengah mengandung anak kelima. Almarhum Ahmad Kholil meninggalkan seorang istri dan empat orang anak; Kholid, Ayash, Najwa dan Faruq yang kini menjadi yatim. Namun demikian, Endang tetap tegar, sebab keinginan dan cita-cita sang suami untuk syahid di jalan Allah akhirnya terwujud.@ med/voa