BANDA ACEH – Berikut rilis resmi para tertuduh teroris (mujahidin)
asal Aceh yang mengikuti pelatihan militer (I’dad) di Jantho 2010 lalu.
Pernyataan ini dibuat ketika mereka berada di dalam Rumah Tahanan Polda
Metro Jaya. Menurut kabar, para mujahidin asal Aceh tersebut kini akan
dipindahkan ke LP Tanjung Gusta Medan. Berikut pernyataan resminya
sebagaimana dikutip dari situs Aceh Loen Sayang.
Bismillahirrahmanirrahim
PERNYATAAN RESMI SEBAGAI KLARIFIKASI ATAS BERBAGAI PEMBERITAAN DAN TUDUHAN
Segala puji bagi Allah, yang memuliakan Islam dengan pertolongan-Nya,
menghinakan kesyirikan dengan kekuatan-Nya, mengatur semua urusan
dengan perintah-Nya, mengulur batas waktu bagi orang-orang kafir dengan
makar-Nya, yang mempergilirkan hari-hari bagi manusia dengan dengan
keadilan-Nya, dan menjadikan hasil akhir sebagai milik orang-orang
bertakwa dengan keutamaan-nya.
Shalawat dan salam terhatur selalu kepada Nabi Muhammad, manusia yang
dengan pedangnya Allah tinggikan menara Islam. Amma Ba’du :
Sehubungan dengan diadakannya I’dad Tadrib ‘Askary (Pelatihan
Militer) di pegunungan Jalin Jantho pada bulan Februari 2010 yang lalu,
serta munculnya berbagai pemberitaan dan tuduhan terhadapnya.
Maka, kami selaku putra-putra Aceh yang ikut serta didalamnya, ingin
menerangkan beberapa hal, khususnya kepada masyarakat Aceh, sebagai
berikut:
1.Maksud dan tujuan yang sebenarnya dari diadakannya Tadrib ‘Askary
(Pelatihan Militer) tersebut sejak awal adalah semata-mata sebagai
persiapan untuk menolong saudara-saudara kita kaum muslimin yang
tertindas dan terjajah dengan keji di berbagai belahan bumi Islam dan
kaum muslimin, terutama bumi suci Palestina, yang dilakukan oleh koalisi
penjajah Amerika Serikat, Israel, dan sekutu-sekutu mereka. hal ini,
sebagaimana telah diperintahkan oleh Allah Ta’ala didalam firman-Nya :
”Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka, apa saja yang kalian
sanggupi dari kekuatan, dan dari kuda-kuda yang ditambat, (yang dengan
persiapan itu) kalian menggentarkan musuh-musuh Allah, musuh-musuh
kalian, dan orang-orang selain mereka yang kalian tidak mengetahuinya
akan tetapi Allah mengetahuinya”. (Qs. Al-Anfal : 60)
2. Adapun mengenai pemberitaan yang menyatakan bahwasanya maksud dan
tujuan kami mengadakan I’dad Tadrib ‘Askary tersebut adalah untuk
melakukan penyerangan terhadap NGO-NGO asing yang ada di Aceh, maka
dapat kami jelaskan sebagai berikut : Memang benar, ada diantara kami
yang pernah mendengar pembicaraan mengenai NGO-NGO asing yang ada di
Aceh ini dari beberapa pengurus program pelatihan militer. Namun sejauh
yang kami ketahui adalah, pembicaraan ini muncul karena beredarnya isu
mengenai adanya misi-misi ganda dari beberapa NGO asing yang ada di
Aceh. Misi-misi ganda tersebut yaitu Balkanisasi Aceh, Eksploitasi
kekayaan alam Aceh, dan Kristenisasi atau misi pemurtadan rakyat Aceh.
Dan pada saat itu yang kami ketahui ada 2 point yang diambil oleh
para pengurus pelatihan militer terkait dengan adanya isu-isu tersebut,
yaitu :
Pertama, kami akan mencari bukti yang kuat mengenai misi-misi ganda
dari beberapa NGO asing ini. Karena kami mengetahui memang tidak semua
NGO asing yang ada di Aceh memiliki misi-misi ganda. Ada NGO-NGO asing
yang memang benar-benar murni ingin memberikan bantuan kepada rakyat
Aceh yang tertimpa musibah gempa bumi dan gelombang tsunami. Namun, kita
juga tidak bodoh seandainya ada diantara mereka yang ingin menipu kita.
Maksudnya yaitu, mereka memberikan sedikit bantuan kepada kita, akan
tetapi kemudian mereka memecah belah bangsa kita (Balkanisasi), merampok
kekayaan alam kita (Eksploitasi), dan memurtadkan masyarakat kita
/Kristenisasi.
Kedua, jika memang kami bisa mendapatkan bukti yang yang kuat, maka
tujuan kami adalah ingin menggagalkan misi-misi ganda dari beberapa NGO
asing tersebut. Dan pada saat itu sama sekali belum ada pembicaraan
mengenai bagaimana cara menggagalkannya jika memang misi ganda tersebut
terbukti benar adanya. Jadi, jika dikatakan kami sudah merencanakan
penyerangan terhadap NGO-NGO asing yang ada di Aceh, maka ini adalah
sebuah kebohongan besar. Karena kami mengetahui dengan pasti, bahwasanya
kebanyakan yang bekerja pada NGO-NGO asing yang ada di Aceh saat ini
adalah rakyat Aceh sendiri, sehingga mustahil bagi kami melakukan
sesuatu yang akan menyebabkan jatuhnya korban dari rakyat Aceh sendiri.
Inilah yang kami ketahui dari program pelatihan militer di Jantho
yang mana kami ikut serta didalamnya. Sesungguhnya kami bukan ingin
berbuat zhalim ataupun teror, namun justru kami menginginkan agar
penjajahan (khususnya terhadap umat Islam) dihapuskan dari muka bumi
ini. Kami bukan ingin membuat kerusakan, namun justru kami ingin menjaga
kekayaan alam dari tangan-tangan asing yang ingin merampasnya. Inilah
kami apa adanya. Kami telah berijtihad menurut kemampuan dan pemahaman
kami pada saat itu. Dan jika ternyata ijtihad yang kami ambil ini adalah
salah, maka kami memohon kepada Allah ‘Azza Wa Jalla agar sekiranya
berkenan mengampuni dosa-dosa dan kesalahan kami, serta memperbaiki
keadaan kami.
3.Disini kami juga ingin menyampaikan, bahwasanya Pemerintah Aceh
telah menolak kehadiran kami untuk menjalani masa hukuman di Lembaga
Pemasyarakatan (LP) yang ada di Aceh. Kepulangan kami dianulir oleh
Pemerintah Aceh di detik-detik akhir ketika kami akan dipulangkan,
padahal Pemerintah Pusat sendiri telah menyetujui bahkan mendesak
Pemerintah Aceh untuk menerima penempatan kami di Lembaga Pemasyarakatan
(LP) di Aceh. Namun, Pemerintah Aceh tetap bersikeras untuk menolak,
dan “membuang” kami ke LP Tanjung Gusta Medan. Mengapa hal ini bisa
terjadi? Padahal lokasi kejadian kami di Aceh, persidangan kami di
Jakarta, lalu mengapa kami harus “dibuang” ke Medan? Apakah ini semua
karena Pemerintah Aceh takut kehadiran kami di Aceh akan berpengaruh
kepada masuknya investor asing ke Aceh.
Jika memang benar demikian, maka Pemerintah Aceh tega mengusir
putra-putranya sendiri demi mencari muka dan menghiba sedikit harta
dunia dari para investor asing tersebut. Padahal kita belum mengetahui
dengan pasti, apa misi sebenarnya dari para investor asing tersebut di
Aceh? Mengapa mereka sangat tertarik kepada Aceh? Tapi, yang sudah pasti
dan terlihat dengan jelas dihadapan kita adalah, para investor asing
tersebut tidak pernah rela jika Syari’at Islam di Aceh diterapkan secara
Kaffah. Dan sungguh, apa yang dilakukan oleh Pemerintah Aceh ini
mengingatkan kami kepada salah satu lembaran sejarah kehidupan Nabi kita
yang mulia, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu ketika para
pemuka Quraisy mengambil sikap tidak mengizinkan beliau untuk kembali ke
Mekkah karena keimanan beliau kepada ayat-ayat Allah.
4.Imam Asy-Syafi’i (Rahimahullah) pernah berkata : “Kalaulah
mencintai Ahlul Bait dikatakan sebagai rafidhi (Syi’ah), biarlah aku
dikatakan rafidhi (Syi’ah)”.
Maka, disini pun kami akan berkata : Jika ingin menolong umat Islam
yang terjajah dengan keji oleh aliansi zionis-salibis, jika ingin
menerapkan Syari’at Islam di Aceh secara kaffah, jika ingin menjaga
kekayaan alam Aceh dari tangan-tangan asing penjajah, jika itu semua
dikatakan Teroris, maka biarlah seluruh dunia dan masyarakat Aceh
menyaksikan, BAHWASANYA KAMI ADALAH TERORIS.
5.Terakhir, sebelum kami menutup lembaran ini, kami ingin menyampaikan sesuatu :
Pertama, kepada kedua orang tua dan keluarga kami : Bersabarlah wahai
ayah dan ibu. Mungkin takdir Allah memang belum menghendaki untuk
segera mempertemukan kita, atau bahkan mungkin kita tidak akan pernah
bertemu lagi di dunia ini. Namun percayalah, Allah Ta’ala Rabb kita
tidak pernah tidur dan Maha Mengetahui atas kezhaliman yang kita terima.
Dan setiap kezhaliman, sekecil apapun pasti menuai balasannya cepat
atau lambat, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Kedua, kepada masyarakat Aceh : Mari kita terapkan Syari’at Islam di
Aceh secara kaffah sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah karena hal itu
adalah kewajiban yang dibebankan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada
kita semua. Dan senantiasalah waspada terhadap makar musuh-musuh Allah
dari aliansi Zionis dan Salibis yang ada di negeri kita. Karena
sesungguhnya, penjajahan terselubung mereka terhadap negeri-negeri umat
Islam, bukanlah sebuah rahasia lagi bagi kita semua. Demikianlah
klarifikasi yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, Alhamdulillahi rabbil
‘alamin..
ttd,
Peserta Tadrib ‘Askary (Pelatihan Militer) Asal Aceh