CAHAYA ISLAM DI BALIK SURAT TANTANGAN
Oleh : Syaikh Abu Ayman Al-Andalusi hafidzohullah wa ro’aahu
Segala
puji bagi Allah Rabb semesta alam. Sholawat dan salam semoga terlimpah
kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah menasehati Umat, menyampaikan
risalah, menunaikan amanah dan berjihad dijalan Allah dengan
sebenar-benarnya jihad hingga cahaya Islam mampu menerangi alam. ‘Amma
ba’du…
Beberapa
hari yang lalu media dikejutkan dengan hadirnya sebuah surat tantangan
dari sebuah kelompok jihad Islam di Indonesia timur bernama “Sariyatu
Tsa’ri wa Dawaa” – semoga Allah meneguhkan mereka - yang ditujukan
kepada detasemen khusus Anti Teror Republik Indonesia yang merupakan
perpanjangan dari salibis Amerika yang getol memerangi gerakan jihad dan
upaya penegakan syariat Islam, surat itu berisi tantangan untuk perang
tanding secara kesatria satu lawan satu antara Mujahidin dengan DENSUS
88 Anti Teror.
Reaksi
publik cukup beragam menanggapi surat tantangan ini. Ada yang
menyangsikan kebenaran surat tersebut dan menganggapnya sebagai aksi
intelejen untuk menyulut konflik. Ada pula yang pesimis, kalau memang
benar surat tersebut dari Mujahidin, maka mereka tidak akan pernah
menang melawan DENSUS 88, mengingat kekuatan DENSUS 88 secara materil
berada diatas angin, baik jumlah personil maupun logistik persenjataan.
Ada pula pihak yang langsung ketakutan, mendengar surat tantangan
tersebut, terbayang dibenak mereka, bila tantangan tersebut benar-benar
disambut akan terjadi perang besar yang mengakibatkan pembunuhan,
perusakan , penjarahan, penangkapan, dan kerusakan-kerusakan yang lain.
Mereka tidak tahu harus berpihak kesiapa, jika berpihak kesalah satu
pihak dan ternyata kalah, maka ia akan jadi sasaran “tembak” dari pihak
yang menang. Ada pula yang merespon positif surat tantangan tersebut,
sehingga tersulut keberanian mereka dan menyala semangat mereka. Mereka
semakin yakin bahwa kemenangan Islam semakin dekat.
Tetapi
anehnya, pihak Polri yang merupakan lembaga pencetus DENSUS 88
menanggapinya biasa-biasa saja, bahkan meminta publik untuk tidak
terpancing atau terprovokasi. Tetapi, dilapangan mereka segera
berkoordinasi dan meminta bantuan TNI untuk bersama-sama menyambut surat
tantangan tersebut dan berangkat menuju medan pertempuran di pegunungan
Tamanjeka.
Banyak
alasan kenapa Polri bersikap seperti itu, bisa jadi mereka ingin
menampilkan bahwa mereka benar-benar pengayom rakyat dengan mengesankan
seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Bisa juga, mereka sangat
memperhitungkan akan tersulutnya kembali konflik SARA di Indonesia
Timur, mengingat medan pertempuran yang digunakan adalah wilayah Poso
yang bertahun-tahun hidup dalam suasana konflik. Adapula kemungkinan
bahwa ini adalah strategi dan konflik mereka, agar Mujahidin lengah dan
memancing Mujahidin agar keluar dari area konflik, agar lebih mudah
untuk dikalahkan sebagaimana pengalaman yang sudah-sudah atau barangkali
mereka memang tidak berani alias pengecut.
وَمَكَرُوا مَكْرَاللهِ وَ اللهُ خَيْرُ المَاكِرِينَ
“Mereka membuat makar dan Alloh juga membuat makar. Dan Allah adalah sebaik-baik pembuat makar” (QS. Ali Imron : 54)
- Tantangan perang tanding dalam Syariat Islam
Ajang
perang tanding ataupun tantangan untuk perang tanding bukanlah hal baru
dalam sejarah perang. Bagi sebagian kalangan ada yang mempertanyakan
tentang hukum syar’inya dan ada pula yang menyalahkan sikap ini.
Dalam
sebuah pertempuran ajang perang tanding biasa dilakukan sebelum perang
dimulai, untuk menjajagi mental dan kekuatan masing-masing pihak yang
berperang sehingga ia menjadi penentu kemenangan sebuah pasukan. Yang
menang dalam perang tanding morilnya akan naik, sedangkan pihak yang
kalah biasanya mentalnya akan down / jatuh.
Perang
Badar adalah perang pertama Umat Islam melawan musyrikin Quraisy, dari
sisi jumlah personal dan persenjataan, musyrikin quraisy berada diatas
kaum Muslimin saat itu yang hanya berjumlah 300an personil dengan
peralatan perang seadanya, karena niat awal memang bukan untuk perang
tetapi hanya untuk mencegat kafilah dagang Abu Sofyan yang hanya dikawal
sekitar 40 orang Quraisy. Syaikh Shafiyurahman Mubarakfuri dalam kitab
Rahiqu Makhtum menceritakan secara detail perihal pertempuran ini.
Singkatnya,
maka tampillah 3 orang penunggang Kuda Quraisy yang berasal dari satu
keluarga besar. Mereka adalah Utbah dan saudaranya Syaibah keduanya
adalah putra Rabi’ah, serta Walid bin Utbah. Manakala mereka sudah
terpisah dari barisan mereka menantang untuk berduel. Maka tampillah 3
orang pemuda dari kalangan Anshar, yaitu Auf dan Mu’awwadz keduanya
adalah putra Al Harits, sedang ibu keduanya adalah Afro’, serta Abdullah
bin Rowahah, tetapi ketiga Quraisy menolaknya dengan alasan ingin
berduel dengan musuh yang lebih terhormat dan sepadan dari kaum mereka
sendiri.
Maka Rasulullah SAW bersabda : “Bangunlah wahai Ubaidah bin Harits! Bangunlah wahai Hamzah! Dan bangunlah wahai Ali!”
Akhirnya
Ubaidah berduel melawan Utbah bin Robi’ah, Hamzah berduel melawan
Syaikah, sementara Ali berduel melawan Al Walid. Dalam duel tersebut
Hamzah dan Ali berhasil membunuh lawan keduanya dengan mudah. Sedangkan
Ubaidah dan rivalnya sama-sama berhasil melayangkan dua tikaman ke arah
lawan masing-masing, sehingga keduanya luka parah. Kemudian Ali dan
Hamzah menyongsong Utbah dan membunuhnya, lalu menggendong Ubaidah yang
terputus kakinya kembali ke barisan.
Akhir
dari duel tersebut merupakan awal presedent buruk bagi kaum musyrikin
karena mereka telah kehilangan 3 orang penunggang kuda dan pemimpin
terbaik mereka sekaligus, mental mereka down dan nyali mereka menciut.
Berbeda dengan kaum Muslimin yang justru semakin semangat dan optimis
dengan kemenangan yang dijanjikan oleh Allah SWT.
Dan
hampir semua pertempuran para sahabat diwarnai dengan aksi perang
tanding sebagai permulaannya. Begitupun perang-perang setelah itu
seperti Uhud, Ahzab, Khoibar, Yamamah, Mu’tah, dsb.
- Konflik antara yang Haq dan Batil
Allah Ta’ala berfirman :
هَٰذَانِ خَصْمَانِ اخْتَصَمُوا فِي رَبِّهِمْ
“Inilah 2 golongan (golongan mukminin dan kafirin) yang bertengkar, yang saling bertengkar karena Rabb mereka” [QS. Al Hajj :19].
Ali bin
Abi Thalib pernah bersumpah dengan nama Allah bahwa ayat diatas
diturunkan berkaitan dengan duel beliau ketika perang Badar.
Puncak
dari sebuah perseteruan dan permusuhan adalah perang yang akan
mengeluarkan yang menang dari yang kalah. Perang ini akan memecah
manusia menjadi 2 kubu yaitu, kubu Allah (Hizbullah) dan kubu setan
(hizbu syaitan).
Sejarah
konflik antara yang haq dan yang batil sudah ada sejak zaman Nabi Adam
as. Yang berseteru dengan Iblis –la’natullah ‘alaih- dan akan terus
berlangsung hingga akhir zaman. Pertempuran pun juga bergiliran. Ada
kalanya yang Haq yang menang dan ada kalanya yang Bathil diatas awan
(menang). Kemenangan yang Haq adalah karunia Allah secara mutlak sebagai
balasan atas upaya dan keikhlasan mereka, sekaligus sebagai siksaan dan
petaka bagi kebatilan. Sedangkan kemenangan yang batil adalah istidroj
dari Allah agar yang batil terbuai sebelum akhirnya akan dibinasakan
oleh Allah, sekaligus sebagai ujian bagi yang Haq, agar terus berupaya
dan beramal dengan sungguh-sungguh, karena upaya mereka itulah yang akan
dinilai dan dibalas oleh Allah.
Allah berfirman :
إن
يمسسكم قرح فقد مسّ القوم قرح مثله و تلك الأيّام نداولها بين الناس و
ليعلم الله الذين ءامنوا و يتخذ منكم شهداء و الله لا يحب الظلمين
”Jika
kalian terluka, maka kaum tersebut (Quraisy) juga pernah mengalami luka
seperti itu. Dan Hari-hari itu kami silih pergantikan diantara manusia
agar Allah tahu orang-orang yang beriman diantara kalian dan menjadikan
diantara kalian sebagai syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang dholim.” [QS. Ali Imron :140].
Adanya
“Surat Tantangan“ tersebut juga merupakan bentuk perseteruan antara yang
haq dan yang batil, karena kedua kelompok tersebut memiliki misi dan
ideologi yang bertolak belakang. Pihak Mujahidin dengan tegas dan jelas
menghasung ideolagi Islam dan misi menegakkan syareat Islam, sedangkan
DENSUS 88 adalah menghasung ideologi Demokrasi Sekuler dan misi
memberangus segala upaya untuk menegakkan syareat Islam dengan nama
perang melawan teror.
- Faktor yang melatar belakangi “Surat Tantangan”
Melihat
fenomena perang melawan teror (baca : Jihad) yang dikumandangkan oleh
Salibis Zionis International yang berimbas pada pembantaian Umat Islam
di berbagai belahan bumi seperti Checnya, Iraq dan Afghanistan, serta
penjajahan Yahudi atas bumi Palestina, dengan idzin Alloh banyak dari
putra-putra Umat ini yang tergerak dan bangkit melawan kesewenangan dan
kedzaliman tersebut. Mereka curahkan segala upaya yang mereka mampu
untuk membendung serangan dan mengusir para penjajah dari bumi persada.
Geliat perlawanan bukan hanya muncul dari kaum muslimin di negara-negara
yang dijajah secara langsung, tetapi saudara-saudara mereka yang berada
di luar daerah konflikpun tergerak untuk membela dan membalaskan
penderitaan yang selama ini menimpa saudara mereka yang ada di
negara-negara yang dijajah.
Islam
adalah agama yang mampu menyatukan dan mempersaudarakan Umatnya diatas
bingkai iman. Maka tidak heran bila solidaritas seperti ini muncul.
Dalam Al Qur`an Alloh - Subhanahu wa Ta`ala - berfirman :
إِنَّمَا المُؤمِنُونَ إِخْوَةُ
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.” [QS. Al Hujurot : 10]
Rosululloh
juga menyebutkan bahwa: “Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain
adalah ibarat satu tubuh, jika ada satu bagian tubuh yang menderita
sakit maka seluruh tubuh akan menderita demam dan tidak bisa tidur”.
Serta
banyak lagi dalil-dalil baik dari Al Qur`an maupun As Sunah yang
memerintahkan dan menjelaskan akan pentingnya ukhuwah dan solidaritas
sesama muslim ini. Seorang mukmin yang memiliki nurani dan dan jiwa
sosial yang tinggi pasti akan tergerak hatinya untuk membela saudara
seimannya yang terdholimi.
Dan pada
hari ini, Umat Islam sedang menghadapi hari-hari yang sangat berat.
Negara mereka dijajah, kekayaan mereka dirampas, kehormatan mereka
dilecehkan, darah mereka ditumpahkan, rumah-rumah mereka dibakar. Kita
saksikan bagaimana Palestina dijajah, hari demi hari tanah mereka
dirampas oleh Yahudi Israel – semoga laknat Alloh atas mereka - .
Afghanistan tidak pernah berhenti dari perang dan penindasan, setelah
Inggris keluar, maka masuk lah Komunis Soviet, setelah Soviet datanglah
Amerika – semoga Alloh segera menghancurkan mereka semua -. Iraq juga
tidak jauh beda. Rohingya dan sederet bumi Islam lain yang mengalami
nasib serupa.
Di
Indonesia sendiri upaya penghancuran terhadap Islam dan upaya penegakan
syareat Islam juga terlihat di depan mata. Tragedi talang sari di
lampung menelan korban kaum muslimin. Pembantaian Umat Islam di Tanjung
priuk, Ambon dan Poso melengkapi drama driskriminasi terhadap Umat
Islam. Umat Islampun mulai sadar dan bangun dari tidur panjangnya.
Mereka mulai melakukan perlawanan, dengan segala kemampuan yang ada
mereka terus melawan hingga akhirnya Alloh anugerahkan kemenangan kepada
mereka. Tetapi ketika kondisi mulai tenang, para Thoghut penguasa
murtad justru mengejar dan menangkap orang-orang tertindas yang
melakukan perlawanan itu dan menyeretnya ke penjara-penjara setan yang
penuh dengan siksaan. Mereka berkata : “orang-orang itu (Mujahidin)
adalah pengacau keamanan, pembuat teror dan pelaku kriminal, maka hukum
harus ditegakkan atas mereka”. Umat Islam yang dibantai tetapi ketika
melawan justru dituduh yang bukan-bukan.
Dan
drama ini terus berlanjut sampai sekarang, dimana pemuda-pemuda Islam
ditangkap dan disiksa bahkan ada pula yang dibunuh oleh oleh para Aparat
dengan alasan perang melawan Teror. Tidak tahan dengan perlakuan
diskriminatif ini, akhirnya keluarlah “Surat Tantangan” tersebut.
Ringkasnya ada beberapa faktor yang melatar belakangi “Surat Tantangan” tersebut keluar, diantaranya :
- Tidak bisa bertemunya ideologi Islam yang benar dengan ideologi kekufuran, apapun namanya. Baik itu demokrasi, sekuler, komunis dan lain sebagainya.
- Kedzaliman dan dan penindasan yang dilakukan oleh penguasa murtad kepada Umat Islam.
- Sikap diskriminasi dan ketidak adilan penguasa murtad terhadap rakyatnya, terutama Umat Islam. Seperti lebel teroris yang disematkan kepada Umat Islam yang berupaya menegakkan Islam dan membela kaum muslimin.
- Upaya penguasa dan Aparat negara yang terkesan menjadikan isu perang terhadap teror ini sebagai proyek untuk meraup dolar dari pihak asing salibis zionis.
- Sikap arogan Aparat – terutama DENSUS 88 – dalam menangani kasus orang yang masih diduga sebagai teroris. Tentunya yang beragama Islam.
- Sudah muaknya para pemuda Islam yang gigih memperjuangkan Islam atas segala intimidasi dan teror yang dilakukan oleh para Aparat DENSUS 88.
Itulah diantara faktor yang melatar belakangi munculnya surat tantangan tersebut. Wallohu a`lam.
# Menimbang kekuatan kedua pihak
Kalau
kita mau menimbang dan mengukur kekuatan masing-masing pihak yang tengah
bertikai, niscaya kita akan memiliki gambaran bagaimana jalannya
pertempuran dan akhir dari pada pertempuran ini – tentunya setelah
kehendak dan idzin Alloh - Subhanahu wa Ta`ala - .
1. Moral dan spiritual
Secara
moral, para Mujahidin adalah orang-orang yang memiliki jiwa kuat dan
tekad baja, karena mereka berpijak diatas pijakan yang benar. Mereka
selalu bersama Robb mereka yaitu Alloh subhanah dan perperang karena-Nya
pula. Mereka senantiasa mengisi hari-hari mereka dengan ketaatan dan
menjauhi hal-hal yang diharamkan. Ukhuwah diantara merekapun sangat
mengagumkan. Mereka hanya beribadah kepada Alloh, menegakkan sholat,
menunaikan zakat, berpuasa, mengasihi yang lemah, menegakkan keadilan
diantara sesama. Mereka juga meninggalkan khomer, tidak berzina, dan
menjauhi kesyirikan. Mereka mengejar kematian untuk mendapatkan
kehidupan. Slogan mereka adalah hidup mulia atau mati syahid.
Sedangkan
moral para Aparat murtad sangatlah rapuh, karena mereka tidak memiliki
pijakan yang kokoh. Mereka berperang karena uang dan jabatan. Pelindung
mereka adalah setan yang senatiasa menghiasi kekufuran mereka sehingga
seolah merekalah yang benar, dan sentiasa menjanjikan kepalsuan dan
kesemuan. Persatuan mereka sangat rapuh karena dibina diatas uang dan
keuntungan dunia. Hari-hari mereka sentiasa berlumur dosa dan maksiat.
Mereka seenaknya menyekutukan Alloh, meninggalkan sholat, berusaha
saling menjatuhkan antara sesama dan terbiasa dengan khomer dan main
perempuan. Mereka adalah manusia yang paling takut dengan kematian.
Karena mereka bekerja untuk kehidupan semu dunia ini. Slogan mereka
adalah dunia adalah segalanya.
2. Materil
Secara
materil, Mujahidin adalah orang-orang lemah dan miskin papa. Peralatan
dan persenjaatan mereka juga seadanya. Persediaan logistik terbatas.
Tidak ada yang memback up kebutuhan mereka kecuali Robb yang menguasai
alam semesta. Jumlah personil mereka relatif sedikit dan bisa dihitung
jari.
Berbeda
dengan para Aparat murtad DENSUS 88 yang memiliki peralatan canggih,
persenjataan dan amunisi lengkap dan standar, logistik melimpah, jumlah
personil berlipat-lipat. Diback up oleh negara dan negara-negara asing
salibis zionis.
3. Keahlian perang
Keahlian
perang Mujahidin lebih banyak diambil dari pengalaman konflik. Mereka
bukanlah para alumnus akademi militer yang menghabiskan waktu
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk berlatih. Jadi, kalaupun toh
pernah berlatih, maka intensitasnya yang hanya sebentar dan dengan
fasilitas seadanya.
Sedangkan
para Aparat DENSUS 88 adalah memiliki keahlian perang dari pendidikan
akademi militer yang memakan waktu cukup lama dan intensif. Banyak hal
yang bisa mereka pelajari dengan sarana yang cukup lengkap dan memadai.
Bahkan mereka dilatih secara khusus oleh Amerika yang terkenal sebagai
super power dunia – semoga Alloh menyegerakan keruntuhannya – untuk
perang melawan teror ini.
4. Media
Para
Mujahidin tidak memiliki media informasi yang memadai untuk menguasai
publik. Sehingga bisa untuk menyampaikan informasi pertempuran secara
benar dan mengkonter isu-isu miring yang diberitakan oleh media-media
kafir.
Sedangkan
Aparat murtad DENSUS 88 menguasai berbagai media yang bersedia menjadi
corong kebohongan mereka, dan membentuk opini publik sedemikian rupa
sehingga yang haq tampak seolah-olah batil dan yang batil seolah tampak
haq. Tehnologi media adalah buatan mereka dan merekalah yang
mengoperasikannya untuk kepentingan mereka.
Meskipun
demikian, Alloh tidak pernah menelantarkann hamba-hamba-Nya yang
beriman yang berjihad dijalan-Nya, Dia senantiasa menolong mereka,
memberikan jalan keluar atas kesusahan mereka dan melindungi mereka dari
makar musuh-musuh mereka. Kehendak Alloh adalah diatas segala-galanya.
Jadi,
kekuatan para Mujahidin sangat tergantung dengan sejauh mana mereka
melaksanakan ketaatan kepada Alloh dan menjauhi hal-hal yang mengundang
kemarahan Alloh. Semakin kuat taqwa mereka maka semakin dekat mereka
dengan pertolongan Alloh. Dan semakin banyak mereka melakukan dosa dan
maksiat maka semakin jauh mereka dari kemenangan.
Abdulloh
bin Rowahah – rodhiyallohu `anhu- berkata: “Kita berjihad melawan
musuh-musuh Alloh bukan dengan mengandalkan kekuatan kita, bukan pula
karena besarnya jumlah pasukan kita. Tetapi, kita berperang hanya
berbekal dienul Islam yang kita pegang sekuat tenaga dan penuh keteguhan
jiwa. Dengan Islam itulah Alloh telah memuliakan kita dan memenangkan
kita semua”.
Umar bin
Khottob – rodhiyallohu `anhu – juga berkata : “Jika kita tidak
memperoleh kemenangan disebabkan ketaatan kita kepada Alloh, pastilah
musuh-musuh kita akan mengalahkan kita dengan kekuatan mereka”.
Untuk
itu layaklah bagi mujahid untuk berpegang dengan pilar-pilar kemenangan
yang Alloh sebutkan dalam surat Al Anfal : 45-46, yaitu :
- Tsabat : yaitu tetap teguh diatas al haq bagaimanapun dan dimanapun.
- Dzikrulloh : yaitu sentiasa berdzikir kepada Alloh dan memohon kemenangan kepada Alloh.
- Taat kepada Alloh dan Rosul-Nya dengan menetapi syareat dan menjauhi segala bentuk dosa dan maksiat.
- Tidak saling cekcok atau berselisih antar sesama Mujahidin, karena hal itu akan menyebabkan perpecahan dan menghilangkan kekuatan.
- Bersabar dalam segala hal dalam melaksanakan ketaatan, atau menahan diri dari melakukan kemaksiatan maupun bersabar dalam menghadapi ketentuan dan taqdir Alloh Ta`ala.
- Cahaya Islampun mulai bersinar
Setelah
muncul “Surat Tantangan” para Mujahidin kepada para Aparat DENSUS 88
tersebut, banyak pihak yang memberikan aplous dan apresiasi atas
keberanian singa-singa Tauhid tersebut. Bagaimana tidak, kelompok kecil
yang hanya segelintir orang berani dengan lantang menantang kelompok
besar yang terkordinir dengan rapi dan memiliki semua peralatan perang
yang memadai. Bukan hanya itu, para Mujahidin membuktikan tantangan
mereka dengan menyembelih dua orang Aparat murtadin di sekitar area
pertempuran. Seolah mereka hendak mengatakan bahwa mereka tidak
main-main dengan surat tantangan tersebut.
Sedangkan
DENSUS 88 seolah berusaha lari dari kenyataan dan menampakkan sikap
pengecut dengan segera meminta bantuan kepada TNI yang memang
diproyeksikan untuk perang, dengan alasan ini adalah ancaman bagi
Negara. Mereka seolah putus asa menghadapi medan gunung yang terjal,
hutan yang penuh semak belukar dan kebun-kebun yang banyak nyamuk.
Mereka
datang dengan ratusan pasukan gabungan antara TNI dan BRIMOB dan
melakukan pengepungan dan penyisiran. Tetapi hingga hari ini mereka
hanya bisa diam, seolah tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Disaat
yang sama Mujahidin terus melanjutkan aksinya melakukan berbagai
operasi penyerangan kepada musuh-musuh mereka, dan berhasil menarik
simpati publik.
Bagaimana
tidak, ketika terjadi demonstrasi mahasiswa di Pamulang Tangerang yang
menolak kedatangan Nanan Sukarna yang merupakan wakil dari Kapolri
Timur Pradopo, Mahasiswa meneriakkan : “Jangan hanya berani menembak
mahasiswa yang tidak bersenjata, kalau berani lawan sana para Mujahidin
yang bersenjata”.
Allohu Akbar…., Mujahidin menjadi ikon perlawanan atas kedzoliman dan kesewenangan.
Ketika
BNPT secara arogan menuduh gerakan-gerakan Islam termasuk organisasi
Rohis sebagai teroris, justru gelombang penolakan semakin gencar terjadi
di seantero Nusantara. Begitu juga ketika orang-orang murtad itu ingin
menggulirkan ide sertifikasi Ulama, maka segenap tokoh dan aktivis
menolaknya mentah-mentah.
Begitulah, mereka berusaha membuat makar, dan Allohpun juga membuat makar dan Alloh adalah sebaik-baik pembuat makar.
Keberhasilan
Mujahidin mempecundangi Aparat anti teror, mampu membangkitkan semangat
Umat yang mulai melemah, semakin menciutkan nyali para musuhnya dan
menjadi teladan bagi putra-putra Umat ini untuk bangkit mengikuti
langkah para pendahulunya yang mulia.
Alloh Ta`ala berfirman :
قتلوهم يعذبهم الله بأيديكم ويجزهم وينصركم عليهم ويشف صدور قوم مؤمنين . ويذهب غيظ قلوبهم ويتوب الله على من يشاء والله عليم حكيم
“Perangilah
mereka, niscaya Alloh akan menyiksa mereka dengan (perantara)
tangan-tanganmu, dan Dia akan menghinakan mereka dan menolongmu (dengan
kemenangan) atas mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman.
Dan Dia menghilangkan kemarahan hati mereka (orang-orang mukmin) dan
Alloh menerima taubat orang yang Dia kehendaki. Dan Alloh maha
mengetahui lagi maha bijaksana.” [QS. At Taubah : 14-15].
Istilah
jihad mulai menjadi buah bibir orang-orang, dan mulai dikaji maupun
diseminarkan di berbagai pertemuan. Sejarah Islam mulai digali dan dan
dipelajari. Ajarannya juga mulai diikuti. Cahaya Islam mulai bersinar di
bumi Nusantara. Semoga Alloh sentiasa melindungi hamba-hamba-Nya.
Segala puji bagi Alloh Robb semesta alam.
Wallohu a`lam bish showab
Doakan Mujahidin dalam Doa Shalih Antum
Ikhwan Antum di :
Di sini kita bermula dan di ma’rokah kita kan berjumpa
h t t p : / / w w w . a l – b u s y r o . o r g / v b